Perahu tambang masih menjadi sarana
transportasi alternatif yang dibutuhkan masyarakat Kediri dan sekitarnya
untuk menyebarangi Sungai Brantas. Terutama bagi warga yang jauh dari
jembatan. Jasa perahu tambang ini sangat membantu mereka yang ingin
bepergian ke wilayah Barat sungai maupun sebaliknya. Selain itu juga
menjadi tumpuan ekonomi sejumlah warga yang menjadi pengelola perahu
tambang.
Warga Kediri biasa menyebut jasa perahu tambang dengan istilah Nambang. Sedangkan timur sungai sebutannya Brang Etan dan barat sungai diistilahkan dengan Brang Kulon.
Salah satu penyedia jasa perahu tambang ini adalah Sumadi warga dusun
Suruh desa Juwet Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. Dia beroperasi
menghubungkan desanya di barat sungai dan desa Minggiran Kecamatan Papar
Kabupaten Kediri di sisi timur sungai. Kakek berusia 66 tahun ini
mengaku mengoperasikan perahu tambang sejak tahun 1956 hingga sekarang.
Bahkan kakek 3 cucu ini belajar sebagai tukang tambang sejak masih
sekolah SMP, setelah diajari orang tuanya.
Perahu tambang yang dijalankan Sumadi
adalah warisan dari orang tuanya, bahkan sudah turun temurun yang
sebelumnya dikelola kakaknya. Sumadi yang tamatan SMP mestinya waktu itu
sangat mudah menjadi pegawai negeri sipil, seperti teman sekolahnya
yang bekerja di kantor pajak. Namun ia lebih memilih tukang tambang,
karena lebih bebas dan tidak ada ikatan.
Tambangan yang dijalankan keluarga
Sumadi memang sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu, dengan nama
tambangan Pancasila, yang kemudian berubah menjadi tambangan Nusantara.
Sumadi sangat menikmati profesinya sebagai penyedia jasa penyeberangan
di sungai terpanjang kedua di Jawa setelah bengawan Solo ini. Selain
bertemu dan bergaul dengan banyak orang dari berbagai profesi, ia sering
membantu kepolisian saat memburu pelaku pencurian kendaraan bermotor.
Tapi yang menjadi halangannya, ketika aliran sungai brantas dialihkan,
sehingga aliran sungai menjadi dangkal.
Sementara itu masyarakat yang
memanfaatkan jasa transportasi tambang di sungai brantas mengaku sangat
terbantu. Seperti pengakuan Suparman warga desa Tegaron Kecamatan
Prambon Kabupaten Nganjuk. Sebagai pekerja proyek di Surabaya, melalui
jasa perahu tambang dia lebih cepat bertemu keluarganya di rumah.
Perahu tambang, juga menjadi tumpangan
setiap hari bagi para pelajar atau pekerja sebagai jalan pintas.
Seperti Siti Aisyah warga desa Minggiran Kecamatan Papar Kabupaten
Kediri, yang tiap pagi selalu mengantar anaknya yang masih sekolah SD.
Meski menjadi sarana transportasi yang
mudah, murah dan cepat, tidak semua orang bernyali menumpang perahu
tambang. Kadang ada yang ketakutan ketika menuruni sesek bambu untuk
sampai ke badan perahu, apalagi ketika perahu sudah berjalan.
Menakutkan, karena perahu tambang tanpa didukung perlengkapan pengaman.
Meski bagi sebagian orang menakutkan tetapi yang jelas keberadaan perahu
tambang masih sangat dibutuhkan masyarakat.(Diki Pramana)
0 komentar:
Posting Komentar